December 20, 2008

nyinau saridin ?

Ada kutipan beberapa cerita (dikutip dari tulisan Emha Ainun Nadjib), misalnya saat SARIDIN n yang lidah Jawanya medok, susah melafalkan doa-doa berbahasa Arab. Termasuk sahadat. Saat Saridin dites baca sahadat oleh Sunan Kudus. “……bibirnya komat-kamit entah membaca aji-aji apa, atau itu mungkin latihan terakhir baca syahadat. Kemudian semua santri terhenyak. Saridin melepas kedua tangannya. Mendadak ia berlari kencang. Menuju salah satu pohon kelapa, dan ia pilih yang paling tinggi. Ia meloncat. Memanjat ke atas dengan cepat, dengan kedua tangan dan kedua kakinya, tanpa perut atau dadanya menyentuh batang kelapa.
Para santri masih terkesima sampai ketika akhirnya SARIDIN tiba di bawah blarak-blarak [daun kelapa kering] di puncak batang kelapa. Dia menyibak lebih naik lagi. Kemudian terus naik dan menginjakkan kaki di tempat teratas. Kemudian tak disangka-sangka SARIDIN berteriak dan melompat tinggi melampaui pucuk kelapa, kemudian terjatuh menghujam. Semua yang hadir berteriak. Banyak di antara mereka yang memalingkan muka, atau setidaknya menutupi wajah mereka dengan kedua telapak tangan.Tapi, ternyata
SARIDIN bangkit berdiri. Dia takzim dan mengucapkan, sami'na wa atha'na, “….aku telah mendengarkan, dan aku telah mematuhi”.Gemparlah seluruh pesantren.
Akhirnya Sunan Kudus masuk masjid dan mengumpulkan seluruh santri, termasuk para penduduk yang datang, untuk berkumpul. SARIDIN didudukkan di sisi Sunan. SARIDIN tidak menunjukkan gelagat apa-apa. Ia datar-datar saja.
"Apakah sukar bagi kalian memahami hal ini?" Sunan Kudus membuka pembicaraan sambil tetap tersenyum. "Saridin telah bersyahadat. Dia bukan membaca syahadat, melainkan bersyahadat. Kalau membaca syahadat, bisa dilakukan oleh bayi umur satu setengah tahun. Tapi bersyahadat hanya bisa dilakukan oleh manusia dewasa yang matang dan siap menjadi pejuang dari nilai-nilai yang diikrarkannya."

No comments:

Post a Comment